,

Pertamina sebagai Simbol Indonesia

1.20.2010 Leave a Comment

Lomba karya tulis dan foto menjadi salah satu rutinitas yang dilaksanakan Region 1 Sumbagut saban Pertamina berulang tahun. Semacam reward yang dikompetisikan untuk kawan-kawan media di wilayah region satu yang mencakup lima provinsi. Tujuan akhirnya, berupaya merangkul media untuk lebih membumi dengan Pertamina.

Syarat utama untuk ikut serta lomba, tulisan tersebut yang diperlombakan harus sudah dimuat di media. Sementara ketentuan untuk foto sedikit lebih longgar, tak harus dimuat di media, namun jika dimuat akan memberi nilai lebih.

Alasan mengapa harus dimuat di media, ya karena ini publikasi yang murah dibandingkan harus memasang iklan. Jika setiap koran memberikan porsi 400 centimeter bujursangkar untuk setiap artikel, dan ada 20 artikel yang ikut lomba, itu artinya ada 800 centimeter bujursangkar atau delapan meter persegi yang bercerita tentang Pertamina dalam sisi positif. Sebab biasanya setiap peserta berasumsi jika artikelnya tentang Pertamina jelek, maka peluang menang akan kecil. Walau asumsi itu salah, tentu saja kami tidak mau repot-repot membantah asumsi tersebut. Lumayan, ada lebih 30 artikel yang baik tentang Pertamina di tengah deraan berbagai masalah. Bandingkan jika harus memasang iklan seluas delapan meter persegi, berapa biayanya?

Untuk kemudahan penilaian, kami menentukan sebuah tema. Biasanya tema tema itu masih terkait dengan tema ulang tahun yang ditentukan kantor pusat. Tahun lalu tema yang diusung Pertamina Menuju Perusahaan Kelas Dunia, ya tema ini jugalah yang dijadikan rujukan bagi para peserta. Maka, masuklah beragam tulisan dari media yang terbit di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

Menarik dan terkadang membuat tersenyum membaca tulisan-tulisan yang dikirimkan peserta. Ada juga yang membuat pusing karena idenya tidak berkorelasi dengan kondisi yang ada, alias mengadaada. Ada juga yang berharap banyak pada penginternasionalan Pertamina.

Berikut salah satu kutipan tulisan tersebut. Mungkinkah ada logo Pertamina di kaos Rooney atau Giggs saat membela MU? Mungkin dan bisa. Mungkinkah ada logo Pertamina di salah satu jet darat yang bertarung di ajang F1? Bisakah jadi sponsor MU itu dapat disebutkan bahwa Pertamina sedang menuju sebagai perusahaan kelas dunia? Bisa, walaupun baru satu aspek... Pertanyaannya, mungkinkah Pertamina mengikuti jejak perusahaan dunia tersebut dan (ehm) logonya bisa nongol di lacar kaca melalui aksi menawan seorang Rooney?

Tulisan ini merupakan pemenang pertama lomba dan berhak memboyong hadiah Rp 5 juta. Artikel berjudul Logo Pertamina di MU dan Formula 1 itu ditulis Robby Effendi dan dimuat di Harian Global, Medan.


MENJADI SIMBOL INDONESIA

Secara keseluruhan, tulisan-tulisan yang ikut lomba tahun lalu, menjadi semacam kaca pembesar, bisa juga dipandang sebagai cermin, sejauh mana ekspektasi masyarakat, yang sebagian di antaranya terepresentasikan dari kerja kolektif wartawan, terhadap keberlangsungan sebuah perusahaan milik bangsa bernama Pertamina. Mereka mempunyai pengharapan yang tinggi, berharap Pertamina bisa dikenal secara luas dan dengan demikian Pertamina bisa menjadi sebuah simbol tentang Indonesia.

Indonesia bukanlah sekedar Bali. Indonesia bisa terjelaskan melalui logo Pertamina itu sendiri. Pertaminalah yang menurut mereka seharusnya menjadi representasi Indonesia di dunia internasional, karena memang emungkinkan untuk itu. Mereka berharap banyak pada sepakbola, sayangnya di tingkat Asia saja sudah kandas, konon pula pemenang Piala Dunia, sehingga harapan itu pupus untuk sementara waktu.

Walau saya sendiri cenderung berpikir bahwa efektivitas keterkenalan bukanlah diukur dari sebuah iklan yang terpampang di bagian depan baju seorang pemain bola atau kap depan mobil balap, tetapi berbagai harapan tentang keinternasionalan Pertamina itu bisa dicapai dengan sebuah kerja keras. Ya, kerja keras adalah energi kita. Siapapun yang menciptakan tag iklan itu, memberi nuansa baru bagi pencitraan Pertamina.

Pertamina memang harus bekerja lebih keras menghadapi semua persaingan, ketika begitu banyak sekat regulasi yang telah dan akan dibuat yang pada gilirannya akan memarjinalkan peran Pertamina sebagai pemain utama bisnis migas di dalam negeri.

Lihatlah misalnya status Pertamina yang selama ini menjadi pemain tunggal dalam pendistribusian BBM bersubsidi di dalam negeri. Namun mulai Januari 2010 Pertamina tidak lagi sendirian, ada beberapa perusahaan pendamping yang juga menjual BBM bersubsidi. Baiklah, itu domainnya pemerintah, dan oleh karena itu harus dipandang sebagai sebuah upaya pemerintah memberikan yang terbaik untuk bangsa. Namun di mata masyarakat, hal ini hanya mungkin terjadi karena Pertamina dipandang tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka pemerintah menunjuk perusahaan lain.

Ini masalah persepsi. Setiap orang bisa punya pandangan berbeda, punya pendapat yang lain tentang sesuatu hal. Sama halnya seperti memandang sebuah mangkuk dari abad ke-14 peninggalan Dinasti Ming. Seorang kolektor ulung akan memandangnya sebuah mahakarya agung yang bernilai tinggi, sementara seorang ibu dari Toba Samosir mungkin memandangnya dari sisi manfaat dan bisa saja berpendapat masih lebih bagus mangkuk plastik di rumahnya.

Mustahil menyeragamkan pendapat masyarakat tentang sesuatu hal, tetapi justru inilah tantangannya. Pertamina harus terus bekerja keras meningkatkan citra. Membangun sendiri imej sebagai perusahaan kelas internasional, dalam upaya menjadi perusahaan kelas dunia.MP


FITRI ERIKA
Pemasaran BBM Retail Region I Medan

0 comments »

Leave your response!