Berharap dari Restrukturisasi Pertamina
Peran Pertamina dalam perekonomian Indonesia cukup strategis selama ini mengingat peranan migas sangat penting dalam APBN Indonesia sejak kemerdekaan. Bahan bakar minyak sudah lebih dari 30 tahun menjadi komoditas penting yang banyak memengaruhi perekonomian Indonesia.' Minyak pernah memberikan rezeki nomplok bagi Indonesia sehingga pemerintah Orde Baru dapat membangun dengan mudah pada 1970-an hingga awal 1980-an, saat harga minyak meroket hingga menembus US$40 untuk setiap barel nya.
Demikian juga BBM, pernah hampir memelesetkan ekonomi Indonesia pada pertengahan 1980-an.
Jatuhnya harga minyak telah membuat penerimaan negara berkurang tajam sehingga mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi.
Sehingga pemerintah harus melakukan deregulasi di berbagai sektor pada saat itu, termasuk sektor keuangan untuk menggalang dana bagi pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia.
Demikian juga pada saat krisis ekonomi ataupun setelahnya, peran BBM dalam perekonomian kembali menjadi sangat strategis lagimeskipun saat ini dalam konteks berbeda. Jatuhnya rupiah dan naiknya harga BBM justru mengancam ekonomi Indonesia.
Subsidi BBM melesat tajam, sementara itu penerimaan minyak meskipun naik, karena besarnya subsidi yang harus dibayar peme rintah, memberatkan APBN. Oleh karena itu, minyak kembali menjadi fokus penting dalam kebijakan ekonomi Indonesia.
BBM sudah menjadi komoditas yang sarat dengan nuansa politik akhir-akhir ini. Dengan demikian, Pertamina yang mengurus BBM tentu saja sarat dengan berbagai benturan kepentingan. Karena selain nilai aset yang dikelolanya besar, juga karena mengurus BBM yang menjadi sorotan banyak pihak.
Apalagi harga BBM akhir-akhir ini sangat dinamis, berfluktuasi tajam, bahkan sempat tembus US$70 untuk tiap barelnya. Sehingga tidak, mengherankan jika Pertamina menjadi bola panas dan siapa pun yang menjadi orang nomor satu di sana akan banyak disorot dan juga kerjanya dikritik. Apalagi jika. kinerjanya tidak seperti yang diharapkan.
Pergantian Direktur Utama Pertamina serta jajarannya, kemarin, tentu saja mendapatkan sorotan besar dari masyarakat. Apalagi Presiden pernah menyampaikan keinginannya untuk merestrukturisasi Pertamina sehingga spekulasi pergantian pimpinan Pertamina sudah diantisipasi masyarakat luas.
Meskipun demikian, ten tu saja spekulasi tetap muncul dengan adanya pergantian tersebut. Apakah pergantian benar-benar akan membawa perbaikan sehingga restrukturisasi Pertamina dapat dilaksanakan dan kinerjanya akan membaik?
Dengan demikian harapan bahwa Pertamina bisa menjadi pemain global yang andal sekelas Petronas akan terealisasi.
KINERJA Pertamina dilihat dari sisi rentabili tasnya sebenarnya tidaklah buruk. Namun juga harus diingat, Pertamina masih memiliki, monopoli power tahun 2004. Pada tahun itu pun Pertamina diharapkan dapat menyetor ke APBN sekitar Rp12 triliun, demikian juga keuntungannya juga besar pada 2005. Namun tampaknya, khusus untuk Pertamina, kinerjanya tidak hanya dilihat dari profitabilitasnya, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan kinerjanya.
Ada beberapa catatan yang perlu kita garis bawahi, khususnya terkait dengan kinerja Pertamina. Jelas bahwa adanya kelangkaan BBM yang terjadi pada tahun 2005 yang lalu bahkan sampai kini kadang-kadang juga masih terjadi di beberapa daerah bukan prestasi yang dapat dibanggakan oleh Pertamina, meskipun kesalahan tidak seluruhnya dapat ditimpakan kepada Pertamina.
Namun demikian, Pertamina tidak dapat lepas tangan untuk kasus ini. Demikian juga krisis keuangan yang dialaminya pada masa lalu, permasalahan seperti kasus di Blok Cepu ataupun turunnya eksplorasi BBM akhir-akhir ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari kurangnya kemampuan Pertamina dalam mengelola bisnisnya.
Meskipun peranan pemerintah juga besar. Itu semua membuat Pertamina yang besar, kaya, daft memiliki potensi yang besar untuk berkembang tidak dapat memanfaatkan potensinya dengan baik. Sehingga eksplorasi migas di Indonesia semakin berkurang, demikian juga Pertamina sebagai badan usaha juga ketinggalan jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis di negara tetangga.
Jelas itu semua membuat kita prihatin melihat perkembangan persero itu. Sementara itu, di Malaysia, Petronas berjaya. Ada apa dengan Pertamina?
Berbagai pertanyaan ada di benak kita, sehingga banyak di antara kita yang juga bertanya bagaimana masa depan Pertamina? Padahal Pertamina sudah menjadi persero serta memiliki aset besar serta ladang migas yang dapat diolahnya (di Tanah Air saja) juga sangat besar.
Sayang sekali jika Pertamina tidak dapat memanfaatkan semua yang dimilikinya dengan baik hanya karena ketidakmampuan manajemennya. Oleh karena itu pergantian manajemen agar dapat memperbaiki Pertamina memang perlu dilakukan.
Apalagi Pertamina setelah menjadi persero tentu saja tidak bisa lagi berlindung kepada pemerintah jika menghadapi masalah, termasuk masalah keuangannya. Graduation Pertamina menjadi persero mestinya dapat membuat Pertamina meningkat kinerjanya karena memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengelola perusahaannya. Campur tangan pemerintah mestinya sudah tidak ada, setidaknya minimal.
Dengan demikian Pertamina mestinya dapat mentransformasi dirinya dari BUMN yang besar, lamban, birokratis, sehingga tidak efisien, menjadi BUMN yang sehat, efisien dan kuat bukan saja di pasar domestik, melainkan juga di pasar global.
Tantangan tersebut menjadi semakin besar selain karena pasar bebas juga akan munculnya semakin banyak pesaing Pertamina di pasar. Oleh karena itu, mau tidak mau Pertamina harus melakukan transformasi jika tidak ingin menghadapi masalah yang semakin berat. Apalagi pasar BBM sekarang juga semakin dinamis.
Oleh karena itu pemerintah segera mengambil tindakan, merestrukturisasi Pertamina, jangan biarkan Pertamina semakin kerdil, lemah, tidak memiliki daya saing yang tinggi. Kita harus memberi kesempatan kepada Pertamina untuk segera merestrukturisasi dirinya, aset ataupun bisnis yang bukan menjadi bisnis intinya dan ataupun yang membebani keuangan Pertamina perlu dikeluarkan dari Pertamina. Demikian juga perlu diambil keputusan segera terhadap aset yang menganggur. Sehingga Pertamina dapat menjadi BUMN yang sehat, kuat, dan efisien berkelas dunia.
Untuk itu dukungan pemerintah mutlak diperlukan agar proses transformasi dapat berjalan dengan lancar. Sekarang sebenarnya sudah agak terlambat untuk merestrukturisasi Pertamina, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Pergantian direksi Pertamina bisa menjadi momentum yang baik bagi perkembangan Pertamina ke depan. Restrukturisasi Pertamina memang perlu dilakukan agar Pertamina bisa menjadi pemain global dalam bisnisnya. Untuk itu pemerintah perlu memberikan dukungan dan juga lingkungan yang diperlukan agar supaya kesalahan yang selama ini terjadi di BUMN kita ini tidak terulang lagi. Pertamina yang sejak dulu menjadi 'sapi perah' harus dihentikan, demikian juga berbagai kepentingan bisnis yang banyak menyangkut di Pertamina dari semua pihak yang dapat merugikan Pertamina harus dihentikan. Biarkan Pertamina berkembang menjadi BUMN yang berkelas dunia. Kita mungkin perlu belajar dari pengalaman Petronas yang telah berhasil menjadi pemain global di bisnisnya.
0 comments »
Leave your response!